• BUDAYA MELAYU SMANSA
  • BEDAMBUS " Bersatu Dalam Balutan Budaya Melayu SMANSA"

PENGARUH SISTEM KEPERCAYAAN SUKU LOM TERHADAP PERSPEKTIF MASYARAKAT LUAR  

PENGARUH SISTEM KEPERCAYAAN SUKU LOM TERHADAP PERSPEKTIF MASYARAKAT LUAR

 

Oleh:

Syafina Hanif Aamira X7

 

ABSTRACT

 

Indonesia is essentially a multicultural country that is rich in ethnic, linguistic, cultural and religious diversity. As one example in the discussion of this article is the Lom tribe as one of the oldest tribes in Bangka. A tribe definitely has its own belief system, this belief system creates a perspective from outside society. This perspective is certainly not an obstacle to preserving existing tribes.

By using primary data through direct observation during historical tours and also secondary data through processing material from various articles and YouTube social media as well as using qualitative data analysis methods, this article will discuss the Lom Tribe's belief system along with community perspectives and the community's role in preserving Lom tribe.

The conclusion that the author finds is that the Lom people believe in different things. There are those who still adhere to magical elements, are animist, and tend to be closed; There are those who have converted to religion, the majority of whom have embraced Islam, although there are also those who have embraced Christianity. The outside community generally gives the impression that the Lom people are still strong in magical elements, even though now many have embraced religion. Many of the Lom tribe have mixed with outsiders and only a few have not. It is important for us to preserve tribes in our area by studying these tribes and then spreading them to the wider community so that these tribes remain sustainable.

 

Keywords: Lom Tribe, Belief System, Perspective, Preserving

 

PENDAHULUAN

 

 

1.1  Latar Belakang

Indonesia adalah suatu negara multikultural yang kaya akan keanekaragaman suku bangsa, bahasa, budaya, dan agama. Hal ini yang menjadikan Indonesia memiliki keunikannya sendiri. Sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu meski berbeda-beda namun tetap satu jua.

Semboyan tersebut bermakna walaupun Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, budaya, dan agama, hal ini bukan menjadi pemecah bangsa Indonesia melainkan menjadi identitas bangsa Indonesia untuk tetap bersatu. Keanekaragaman ini merupakan kekayaan yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnis atau suku bangsa, tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut sensus BPS tahun 2010. Salah satunya ialah Suku Lom yang mungkin masih asing di telinga masyarakat Indonesia.

Suku Lom merupakan salah satu suku tertua di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang menempati wilayah Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Orang Lom disebut juga Orang Mapur merupakan bagian dari orang Bangka atau berada dalam wilayah Melayu Bangka. Orang Lom Suku Mapur merupakan salah satu suku atau klan selain Melayu dan Cina yang menetap di Pulau Bangka.

 

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Apa yang dimaksud dengan Suku Lom?
  2. Bagaimana sistem kepercayaan Suku Lom yang ada di Bangka Belitung ini?
  3. Bagaimana perspektif masyarakat luar terhadap sistem kepercayaan Suku Lom tersebut?
  4. Mengapa masyarakat luar perlu untuk melestarikan keanekaragaman di Bangka Belitung termasuk mengetahui Suku Lom sebagai salah satu suku tertua di Bangka?

 

1.3  Tujuan

Adapun artikel ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:

  1. Mengetahui Suku Lom
  2. Mengetahui sistem kepercayaan Suku Lom
  3. Mengetahui perspektif masyarakat luar terhadap sistem kepercayaan Suku Lom
  4. Mengetahui alasan diperlukannya peran masyarakat dalam melestarikan keanekaragaman di Bangka Belitung terutama Suku Lom sebagai salah satu suku tertua di Bangka

 

1.4  Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam pembuatan artikel ini adalah pengambilan data primer dengan melalui peninjauan atau observasi secara langsung saat kegiatan lawatan sejarah pada tanggal 28 November 2023 dan juga pengambilan data sekunder melalui berbagai sumber seperti artikel lain, youtube, dan lain sebagainya dengan melihat dan mengolah data tersebut. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dan dijadikan sebagai acuan dalam pembahasan artikel ini.

 

1.5  Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam pembuatan artikel ini adalah metode analisis data kualitatif. Metode analisis data kualitatif yang digunakan akan menjelaskan sistem kepercayaan Suku Lom terhadap berbagai perspektif masyarakat luar.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

2.1  Suku Lom

Pulau Bangka dihuni oleh mayoritas etnis Melayu dan Tionghoa. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya banyak penduduk China, khususnya Suku Hakka pindah dari Guandong untuk kehidupan yang lebih baik. Lebih dari tiga abad silam orang Hakka turut serta dalam memajukan Pulau Bangka. Setelah itu menurut sejarah datang pula masyarakat Melayu yang sama-sama saling beradu nasib di pulau ini. Salah satu etnis tertua yang diyakini sebagai penduduk Pulau Bangka adalah Suku Lom. Suku Lom atau Suku Lum merupakan salah satu suku tertua di Bangka yang menempati wilayah Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebagian besar anggota sukunya tinggal di Dusun Mapur yang menyebabkan suku ini juga dipanggil dengan nama Suku Mapur.

Berdasarkan klasifikasi Van Vollenhoven, Lom diidentifikasi sebagai suku bangsa yang sudah berevolusi. Di sisi lain, Orang Lom disebut juga "Urang Lum" adalah etnik lokal. "Lom" atau "Lum" dalam bahasa daerah Bangka berarti "belum". Jadi, Orang Lom adalah orang yang dideskripsikan sebagai komunitas yang belum memeluk agama atau belum punya agama (thoes who have not yet embraced religion or unffiliated to religion). Di sisi lain, makna Orang Lom juga sering dipahami sebagai orang yang belum memeluk agama Islam. Kata Lom sendiri

 

berasal dari kata ‘belum’. Konon dikatakan bahwa saat pemerintahan kolonial Belanda melakukan survei penduduk Suku Melayu Bangka berdasarkan agamanya terbagi menjadi dua, yakni Suku Lah yang berarti sudah memeluk agama Islam dan Suku Lom yang berarti belum memeluk agama Islam.

Menurut Koentjaraningrat, Orang Lom selain orang darat merupakan salah satu suku bangsa yang berada   dalam   lingkungan   hukum   adat   Melayu Bangka Belitung. Orang Lom merupakan salah satu suku selain Sekak, Orang Darat, Bugis, Jawa, Batak, Minang, dan Cina yang mendeskripsikan diri sebagai suku tertua yang mendiami Pulau Bangka. Deskripsi tentang Orang Lom telah muncul sejak awal abad ke-19 atau pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Menurut Sutarjo Sutjitno, Suku Mapur di Bangka dipercaya sebagai ras pertama yang menempati Pulau Bangka. Apabila pernyataan ini benar mereka datang ke Indonesia sekitar 40.000 tahun yang lalu, maka waktu itu daratan Indonesia barat masih menyatu dengan Benua Asia dan paparan Sunda masih berwujud daratan. Nenek moyang Suku Mapur Bangka melakukan perjalanan darat yang panjang setelah menyeberang laut dari Sri Lanka. Menurut Sarasin dkk., populasi asli nusantara adalah ras berkulit gelap dan bertubuh kecil. Pada awalnya ras ini mendiami seluruh kawasan Asia Tenggara. Sementara itu Veddoid adalah ras Negroid dan pendatang pertama yang memasuki pulau-pulau mereka bermigrasi dari Formosa menuju Filipina, Sulawesi, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.

Suku Lom yang berada di hutan memiliki mata pencaharian dengan bercocok tanam (padi kering, singkong, dan umbi-umbian sebagai tanamannya). Sementara, Suku Lom yang tinggal di area pejam atau pesisir pantai memilih nelayan sebagai mata pencahariannya.

Rumah dari Suku Lom dibuat dengan desain fungsional, artinya bahwa setiap sisi bangunannya dibuat dengan bahan yang sesuai dengan fungsinya. Rumah secara keseluruhan terbuat dari bahan kayu seperti tiang dan rangka dari kayu bulat, dinding dari kulit kayu, dan atap dari daun rumbia. Rumah suku Lom disebut dengan ‘memarong’. Adapun memarong laki-laki atau memarong laki dan memarong perempuan atau memarong bini dibedakan berdasarkan bentuk dindingnya. Memarong laki bagian sisi samping tegak lurus sementara memarong bini condong miring ke dalam. Filosofinya yakni jika memarong bini condong

 

miring ke dalam karena perempuan itu mengandung dan kandungannya besar, sedangkan memarong laki yang tegak lurus karena mereka mencari nafkah.

 Suku ini masih memegang kemurnian tradisi dan dikait-kaitkan dengan hal misteri dan kepercayaan masyarakat Bangka Belitung. Salah satunya Misteri Bubung Tujuh yang berarti tujuh rumah tertua di Suku Lom. Suku ini memiliki keunikan. Keunikan yang dimiliki orang Lom terletak pada sistem sosial dan budaya yang bersumber dari tradisi nenek moyang yang hingga saat ini masih bertahan, meskipun mulai tergerus oleh penetrasi budaya modernitas. Dalam sistem sosial tercakup nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur dan mempengaruhi perilaku individu dalam komunitas adat sehari-hari. Tradisi leluhur terinternalisasi dalam diri melalui keyakinan bahwa mereka dilahirkan

 

dari kekuatan alam semesta. Dalam menjaga hubungan dengan kosmologi alam, orang Lom mempunyai keyakinan, apabila mereka berbuat baik dengan alam, menjaga dan melestarikannya, secara tidak langsung telah menyatukan diri dengan alam, dan roh leluhur dalam satu relasi yang kuat tak terpisahkan.

Orang Lom tidak mengenal ritual ibadah dalam praktiknya seperti sholat dalam Islam atau kebaktian dalam tradisi Katholik dan Kristen, tetapi cukup dengan bersemedi, sebagai sarana merenung dan merefleksikan diri. Ritual berkontemplasi menjadi sarana bagi orang Lom untuk berkomunikasi dengan alam dan nenek moyang. Mereka menambatkan harapan, keselamatan, berkeluh- kesah atas fenomena yang mereka hadapi saat ini. Kontemplasi mempengaruhi kebiasaan hidup orang Lom yang berpindah-pindah atau dapat dikatakan tidak lepas dari sifat nomaden.

Mereka akan memutuskan berpindah tempat dengan alasan yang rasional, tempat lama tidak nyaman lagi untuk melanjutkan kehidupan mereka sebab rusaknya hubungan antara diri, alam sekitar dan nenek moyang, baik itu perbuatan mereka sendiri ataupun ulah orang lain yang tidak bertanggung jawab. Kemarahan alam dan nenek moyang dapat dirasakan melalui perasaan terusik, hilangnya rasa aman, dan terganggunya ketentraman jiwa serta hidup. Hal inilah yang membawa orang Lom pindah untuk membuka lahan dan tempat baru demi melangsungkan kehidupan atau aktivitas sosial kelompok mereka di tengah hutan adat.

Keberadaan adat dan ritual dianggap sebagai unsur pembentuk proses hubungan dan integrasi dengan alam. Proses menyatunya kehidupan manusia dengan alam menunjukkan adanya ikatan yang sangat erat, karena kuatnya faktor sentimen kepercayaan yang meyakini bahwa segala bentuk perilaku atau tindakan manusia terhadap alam akan menentukan keseimbangan dan keberlanjutan kehidupan. Ritual juga selalu bergandengan dengan pembacaan mantra, jampi- jampi dan doa-doa dalam setiap upacara adat orang Lom. Ritual adat Nujuh Jerami dan Nambek Kubur dalam prosesinya, menunjukkan bahwa terdapat elemen- elemen sakral yang berperan penting dalam proses hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam. Dengan kata lain, ritual adat dapat membentuk sebuah etika yang mengandung himpunan peraturan, perintah dan

 

larangan serta sanksi yang berguna dalam mengatur perilaku atau tindakan individu dalam interaksi sosial sehari-hari.

 

2.2  Sistem Kepercayaan Suku Lom

Istilah belum beragama atau belum memeluk agama Islam menunjukkan identitas agama formal masyarakat. Terkait itu muncul pertanyaan 'apakah Orang Lom belum beragama atau belum memeluk agama?'. Agama tidak hanya dilihat dalam perspektif teologis, namun agama juga dapat dikaji melalui perspektif kepercayaan suatu masyarakat atau yang juga sering disebut dengan agama lokal seperti keterkaitan Orang Lom pada adat leluhur yang menjadi kerangka dasar kepercayaan Orang Lom Suku Mapur. Pandangan tentang kosmologi mitos dan kepercayaan Orang Lom menjadi adat yang mengikat dan tidak boleh dilanggar termasuk pada adat yang dianggap taboo. Mereka menganggap adat lebih kuat dari agama. Hal ini dapat diperhatikan ketika mereka membedakan keyakinannya dengan keyakinan orang Islam. Apabila melanggar maka akan didapat balasan dan hukuman sesuai dengan perbuatannya. Kepercayaan seperti ini menjadi pengikat Orang Lom dalam praktik kehidupan.

Keaslian penganut kepercayaan adat leluhur dapat diperhatikan melalui keterkaitan kuat pada adat sebagai sumber norma dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bahasa asli Mapur, sistem patrilineal, dan revitalisasi adat sebagai proteksi perubahan kepercayaan. Mereka menganggap bahwa adat terjajah dengan agama, bahwa mereka menganggap adat adalah agama dan adat memiliki posisi lebih tinggi dari agama.

Dari sisi etnik, Pulau Bangka (khususnya Kabupaten Bangka) terdiri dari: etnik Melayu merupakan etnik dominan berkisar 78 persen, etnik Cina berkisar 18 persen, etnik Jawa sekitar 2 persen, dan etik campuran terdiri dari Bugis, Madura, Batak, Lom dan lain-lainnya sekitar 2 persen. Sementara bila dilihat dari pemeluk agama 80 persen beragama Islam dan selebihnya terdiri dari Kristen (Katolik dan Protestan), Konghucu, Buddha, Hindu, dan penganut adat.

Menurut Bukmin, seorang wakil ketua lembaga adat Mapor berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan saat pelaksanaan kegiatan lawatan sejarah: apabila menghitung dari KK (Kartu Keluarga) sekarang banyak Orang Lom yang

 

lebih banyak beragama. Terdapat 100 lebih KK yang memeluk agama Islam dan 30 lebih KK yang memeluk agama Kristen, serta 70 lebih KK yang memilih kepercayaan. Dikatakan bahwa kepercayaan tidak dapat asal memilih, mesti melalui suatu ketentuan.

Sekarang banyak Orang Lom yang sudah berbaur dengan masyarakat luar dan banyak dari mereka anak-anak yang sudah bersekolah seperti anak pada umumnya. Meskipun begitu, mereka tetap Suku Lom. Masih terdapat dua rumah di dalam hutan yang belum berbaur yakni Bang Kasmin dan Bang Sekt.

Suku Lom sendiri memiliki dua upacara yang sampai kini masih dilakukan, yaitu upacara Nujuh Jerami dan upacara pemakaman. Upacara Nujuh Jerami diselenggarakan pada bulan purnama mengikuti penanggalan Tionghoa pada setiap bulan April. Ritual ini dilakukan warga adat yang tinggal di daerah pedalaman hutan maupun pemukiman luar sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan panen di sawah, khususnya beras merah. Ritual ini dimulai sejak zaman nenek moyang. Seorang leluhur bermimpi agar mengorbankan dua orang anaknya sebagai tumbal kemudian dibuang ke laut dan ke daratan. Tumbal yang dibuang ke laut diyakini menjelma menjadi ikan, sedangkan yang dibuang ke daratan menjadi tanaman padi. Orang Lom percaya bahwa ikan dan padi adalah satu kesatuan. Dimulai dari kisah ini, Orang Lom melakukan ritual persembahan sebagai wujud rasa syukur yang disebut sedekah Gebong (sedekah kampung).

Dalam upacara pemakaman, terdapat ritual khusus yang perlu diperhatikan: jenazah menghadap arah tertentu, kepala menghadap ke timur, kaki menghadap ke barat, wajah menghadap ke Gunung Maras yang diyakini sebagai kiblatnya Orang Mapur; tempat makam menjadi tempat yang disakralkan oleh Orang Mapur; makam ditandai dengan empat buah nisan yang masing-masing berupa tongkat dengan ukiran yang berbeda-beda. Ukiran ini bermakna bahwa Orang Lom sangat menghargai perbedaan. Setiap makam juga diletakkan berbagai macam benda yang merupakan barang kesukaan almarhum atau almarhumah. Benda tersebut diletakkan di atas makam untuk memperlihatkan jati diri Orang Mapur walaupun orang tersebut sudah meninggal dunia.

Sistem kepercayaan Orang Lom Suku Mapur Bangka merupakan kepercayaan kepada adat leluhur. Kepercayaan pada adat leluhur diturunkan

 

melalui tradisi lisan secara turun temurun. Di sisi lain kepercayaan Orang Lom telah berevolusi sebagai dampak persentuhan dengan agama Islam khususnya kepercayaan tersebut masih bersifat fungsional karena ada leluhur masih menjadi sumber kepercayaan, sumber norma, dan sumber   dalam   menata   kehidupan dan budaya mereka.

Kepercayaan Orang Lom memiliki karakter unik. Kepercayaan mereka identik dengan animisme namun juga Orang Lom memiliki konsep-konsep diferensial dari animisme. Kepercayaan adat leluhur Orang Lom ini memiliki keunikan sebagaimana formulasi sistem agama dan penganut kepercayaan di Indonesia. Sistem dan struktur kepercayaan Orang Lom dianggap sebagai penyimpangan atau evolutif struktural dari animisme dan adopsi kultural agama Islam. Formulasi agama Orang Lom Suku Mapur memperkuat latensi kepercayaan yang terikat dengan adat leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun melalui tradisi lisan ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.

Dalam sistem dan struktur kepercayaan (religi), kepercayaan Orang Lom dikonsepsikan melalui: (1) konsep Maha Kuasa (Allah Ta'ala) sebagai Tuhan, (2) konsep malaikat dan Nabi, (3) konsep pembalasan dan surga, (4) konsep ayat, (5) Bubung Tujuh, (6) Gunung Maras sebagai pusat spiritual, dan (7) benda-benda peninggalan yang dianggap penting dalam kepercayaan mereka, seperti bekas telapak Aki Anta, gendang Aki Anta, Pari Aki Anta, cenanom, gua Tanjung Samak, dan Buluh Perindu.

Implementasi kepercayaan Orang Lom memberikan dampak pada kebudayaan tradisi lisan Oang Lom yang dapat dipahami melalui simbol-simbol yang digunakan. Simbol-simbol baik yang bersifat abstrak maupun konkret, bersifat fisik maupun nonfisik, bersifat primer maupun sekunder, bersifat sakral maupun profan, bersifat memiliki makna langsung maupun tak langsung, membentuk karakteristik identitas yang tidak dimiliki oleh orang lain maupun suku lain. Simbol-simbol tergambar dalam ritual dan upacara sehari-hari. Simbol yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari dianggap sebagai praktik adat yang memiliki makna penting dalam struktur adat. Simbol adat berkenaan dengan hal- hal yang dianggap sakral dan non sakral. Simbol-simbol adat yang dianggap sakral sebagai bagian dari kepercayaan orang lom dapat ditelusuri melalui momen-momen

 

kelahiran, perkawinan, kematian atau nambek kubur, pesumpah, pateng/lareng, totem, mitos, dan sistem kosmologi sebagai spiritual cosmic. Sementara simbol- simbol non sakral dapat berkenaan dengan kelahiran, perkawinan, kematian, dan larangan-larangan.

 

2.3  Perspektif Masyarakat Luar Terhadap Sistem Kepercayaan Suku Lom

Masyarakat luar umumnya memberikan kesan bahwa Orang Lom masih kental dengan unsur-unsur magis, animis, dan sikap cenderung tertutup. Secara ekonomis, mereka hampir tidak berbeda dengan masyarakat lain. Selain bertani, sebagian dari mereka beraktivitas pada tambang timah yang secara konvensional karena potensi alam wilayah ini memiliki timah sebagaimana umumnya wilayah Bangka. Bahkan wilayah ini meskipun sampai sekarang masih sengketa telah menjadi lahan perkebunan perusahaan swasta dan hal ini menunjukkan bahwa integrasi, asimilasi, akulturasi Orang Lom terjadi dengan budaya luar. Namun, Orang Lom masih tetap memegang teguh prinsip-prinsip adat dan kepercayaan kepada hal-hal yang mistik, magis, gaib dan adat yang telah turun temurun diterima dan dipraktikkan dari generasi sebelumnya.

Orang lom memiliki keunikan bahwa mereka masih sangat terikat dengan unsur mistik, magis, dan kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap gaib. Hal ini yang membuat karakteristiknya menjadi ciri khas dari masyarakat primitif walaupun secara geografis masyarakat ini menetap berdampingan dengan masyarakat lain yang menganut agama Islam, Kristen, dan Konghucu. Bahkan di daerah Dusun Mapur, Air Abik, dan Pejam identitas keagamaannya bervariasi.

 

2.4  Peran Masyarakat Luar dalam Melestarikan Suku

Indonesia memiliki berbagai macam suku yang perlu dilestarikan agar tidak hilang dan dilupakan. Salah satu langkah awal untuk melestarikan suku sendiri adalah mempelajari suku tersebut. Pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu, kenali dan pelajari suku kita sendiri terlebih dahulu sehingga kita menyayanginya. Jika kita sudah menyayanginya, kita akan mengupayakan segala cara agar suku tersebut tetap terjaga.

 

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mempelajari suku tersebut, seperti membacanya melalui buku dan melihat langsung bagaimana suku-suku tersebut dilaksanakan. Selain itu berkat berkembangnya teknologi, kita juga bisa mempelajarinya melalui internet. Saat mempelajari suku tersebut, perhatikan berbagai aspek yang ada pada suku itu. Aspek-aspek tersebut meliputi nilai atau pesan moral apa yang bisa diambil dari suku tersebut, ciri-ciri apa saja yang ada di dalamnya, dan lain sebagainya.

Setelah mempelajari suatu suku, sebaiknya kita tetap menjunjung tinggi suku tersebut agar tidak dilupakan dalam perkembangan zaman ini. Contohnya dengan mengenalkan suku tersebut ke orang lain baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian, akan ada lebih banyak orang yang mengenal suku tersebut sehingga bisa tetap lestari.

 

KESIMPULAN

 

Sebutan Orang Lom muncul sejak kolonial Belanda melakukan survei tentang penduduk pulau Bangka pertengahan abad 19 masehi. Sebutan tersebut merupakan justifikasi stereotip pihak luar sebagai komunitas yang belum memeluk agama yang pada waktu itu masyarakat di   sekitar   Orang   Lom   telah memeluk agama Islam.

Kepercayaan Orang Lom merupakan salah satu contoh sistem kepercayaan yang masih eksis dan dimiliki masyarakat Indonesia. Sistem kepercayaan ini telah turun temurun ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Masyarakat luar umumnya memberikan kesan  bahwa Orang Lom masih kental dengan unsur-unsur magis, animis, dan sikap cenderung tertutup.

Sistem kepercayaan seperti ini bila dirujuk kepada teori-teori agama dapat dikonstruksikan sebagai formulasi agama atau disebut agama lokal. Akan tetapi pemerintah Indonesia tidak mengakomodir dan tidak mengakui kepercayaan- kepercayaan tersebut sebagai salah satu agama, agama resmi yang secara formal diakui negara. Oleh karena itu, sistem kepercayaan yang dianut Orang Lom diklasifikasikan sebagai salah satu sistem kepercayaan sebagaimana aliran-aliran kepercayaan dan tersebar di wilayah nusantara seperti Suku Badui di Banten, Kubu di Jambi, Kaharingan di Kalimantan, dan suku lainnya.

Orang Lom beranggapan bahwa agama atau kepercayaan perlu dipertahankan. Meskipun dalam perkembangan waktu banyak keturunan Orang Lom memilih salah satu agama resmi negara. Agama Islam merupakan salah satu pilihan utama yang dianut di samping Kristen, dan Konghucu.

Dalam menjaga kelestarian suku tersebut diperlukan peranan masyarakat luar agar keanekaragaman suku yang ada di Indonesia ini tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Melestarikan suku yang ada di daerah sendiri ialah dengan mempelajari atau mengetahui suku itu sendiri. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mempelajarinya. Setelah mempelajari suku kita tetap perlu mengenalkan suku tersebut ke orang lain baik dari dalam negeri maupun luar negeri agar suku tersebut tetap lestari sebagai suatu kekayaan yang dimiliki Indonesia.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

https://www.liputan6.com/hot/read/5275820/sebutkan-keragaman-yang-ada-di- indonesia-dari-suku-hingga-agama?page=

https://belitung.tribunnews.com/2023/02/03/kisah-unik-suku-lom-dan-suku- sawang-menguak-misteri-bubung-tujuh-dan-penjaga-laut- belitung#:~:text=Suku%20Lom%20atau%20Suku%20Lum,Bangka%2C%20Prov insi%20Kepulauan%20Bangka%20Belitung

https://digilib.uin- suka.ac.id/id/eprint/20907/1/07.3.639_bab_i_sampai_bab_vi_daftar_pustaka.pdf

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/06/08/kisah-suku-lom-penjaga- kelestarian-alam-pulau-bangka-yang-mulai-terancam

https://www.youtube.com/watch?v=QnW9CrYWOiA

https://www.youtube.com/watch?v=nbMmcNdn5oA

https://www.wowbabel.com/internasional/pr-5984157211/memaknai-kearifan- orang-lom-bangka

https://id.wikipedia.org/wiki/Upacara_Adat_Nujuh_Jerami#:~:text=Upacara%20 Adat%20Nujuh%20Jerami%20adalah,atau%20pada%20setiap%20bulan%20April

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Penyambutan Kepala Sekolah dari Yogyakarta bersama Duta Melayu SMANSA

Bersekolah di SMA Negeri SatuSekolah Yang Penuh Dengan PrestasinyaAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Burung merpati terbang ke hulu,Hinggap sebentar di dahan kelapa.Bujang dan

14/04/2025 18:46 WIB - pengguna
Yuk belajar memasak Makanan Khas Bangka Belitung

https://www.instagram.com/reel/DIFis7uzyAW/?igsh=d29laGxidHNiZG03

14/04/2025 18:31 WIB - pengguna
Duta Melayu Berkolaborasi dengan Perpustakaan Umum Provinsi dalam Menggali Informasi mengenai Budaya

https://www.instagram.com/p/DHcwvwfTYcp/?igsh=MWo3MmdobmVlNjlnaQ==

14/04/2025 18:25 WIB - pengguna
KEYAKINAN YANG DIANUT OLEH SUKU LOM DESA MAPUR, KECAMATAN BELINYU, KABUPATEN BANGKA  

KEYAKINAN YANG DIANUT OLEH SUKU LOM DESA MAPUR, KECAMATAN BELINYU, KABUPATEN BANGKA   Oleh: Rihadatul Fadiyah ABSTRAK Suku Lom adalah suku yang terdapat di desa Mapur, kec

31/10/2024 10:28 WIB - pengguna
Kearifan Lokal Dalam Sistem Warisan Kebudayaan Suku Lom

Disusun Oleh: Novia Mutiara ABSTRACT The cultural inheritance system of the Lom tribe in Bangka Belitung is very important for Indonesia's cultural diversity. The Lom tribe is part o

09/10/2024 11:51 WIB - pengguna
INTEGRATING SCHOOL MALAY CULTURE PLATFORM FOR STUDENTS’ WRITING LITERACY ACTIVITY

By Erni Yulianti & Desvita Erni Putri English Teacher of SMAN 1 Pangkalpinang, Bangka Belitung Student of SMAN 1 Pangkalpinang, Bangka Belitung   Abstract: This study

01/10/2024 19:13 WIB - pengguna
Melukis Keunikan Spiritual: Eksplorasi Sistem Kepercayaan Suku Lom

Melukis Keunikan Spiritual: Eksplorasi Sistem Kepercayaan Suku Lom Oleh: Desvita Erni Putri     Abstrak Penelitian ini bertujuan  merinci eksplorasi mendalam terhada

05/09/2024 20:25 WIB - pengguna
PELAJAR PANCASILA, PELAJAR YANG BANGGA AKAN SEJARAH DAN BUDAYA DAERAHNYA

    Penulis: Rosita Uli SIhombing Pelajar Pancasila, pelajar yang bangga akan sejarah dan budaya daerahnya (Belinyu, 28 November 2023). Kita patut bangga sebagai bangsa In

29/11/2023 16:25 WIB - pengguna