
PELAJAR PANCASILA, PELAJAR YANG BANGGA AKAN SEJARAH DAN BUDAYA DAERAHNYA
Penulis: Rosita Uli SIhombing
Pelajar Pancasila, pelajar yang bangga akan sejarah dan budaya daerahnya (Belinyu, 28 November 2023).
Kita patut bangga sebagai bangsa Indonesia, karena Indonesia terkenal seantero dunia karena budayanya. Negara besar yang kita sebut Republik Indonesia ini memiliki kurang lebih 742 bahasa/dialek, yang terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu sekitar 478 suku. Dengan keanekaragaman budaya dan kekayaan Bahasa yang sangat banyak, ditambah kekhasan yang unik satu sama lain, maka akan menimbulkan kekayaan yang menyatu menjadi satu keindahan yang luarbiasa. Budaya yang bermacam-macam tersebut merupakan sebuah kekuatan dan karakteristik bangsa Indonesia. Banyak bentuk budaya yang masih tertinggal dari masa lalu berbentuk fisik yang menjadi jembatan bagi kita yang hidup di masa kini untuk mengetahui kehidupan nenek moyang kita. Terkadang kita takjub dengan kemampuan orang-orang di masa lalu yang mampu membangun sebuah karya besar dengan keterbatasan sarana dan prasarana minim contohnya Candi Borobudur sebuah mahakarya yang masih bisa kita saksikan hingga hari ini, sebenarnya dibangun dengan keterbatasan sarana.
Saat ini pengenalan sejarah dan budaya terhadap generasi milenial sangat penting dilakukan. Sebab dengan mengenalkan budaya bangsanya diharapkan mereka menghargai karya peninggalan nenek moyang sehingga berupaya menjaga budaya tersebut sebaik mungkin dari upaya yang merusak bahkan menghilangkan budaya tersebut. Apalagi saat ini generasi muda kita banyak dipengaruhi budaya asing yang berdampak positif maupun negatif.
Oleh sebab itu salah satu cara untuk menyelamatkan karakter bangsa adalah dengan terus menggalakkan budaya-budaya lokal dan menghargai sejarah yang ada di dalamnya. Dipastikan bahwa budaya lokal penuh dengan kearifan dan semangat juang. Salah satu upaya pemerintah di dunia pendidikan adalah dengan mengimplementasikan projek penguatan profil pelajar Pancasila (P_5) di kalangan siswa dan masyarakat.
Salah satu program kurikulum tahunan di SMA Negeri 1 Pangkalpinang terkait implementasi P-5 adalah melaksanakan lawatan sejarah dan budaya di wilayah-wilayah yang memiliki tempat-tempat sejarah dan budaya. Adapun program lawatan sejarah dan budaya SMAN 1 Pangkalpinang tahun 2023 ini adalah mengunjungi beberapa tempat di kota Belinyu, kabupaten Bangka. Lokasi yang dikunjung adalah Benteng Kuto Panji, Klenteng Phak Kak Liang, Kampung Adat Gebong Memarong, dan Masjid Apung Al-Kautsar.
Maka pada Selasa, 28 November 2023 keluarga besar SMAN 1 Pangkalpinang yang terdiri dari 360 siswa kelas X dan 60 guru berangkat ke Belinyu dengan penuh semangat mengunjungi tempat-tempat menarik di sana. Rombongan berangkat ke kota Belinyu menggunakan 14 bus, setiap peserta terlihat bersemangat dan antusias dengan perjalanan tersebut. Rasa ingin tahu mengenai tempat-tempat sejarah dan budaya tersebut begitu besar.
Gambar 1. Foto bersama Kepala SMAN 1 Pangkalpinang, guru-guru dan para tetua adat masyarakat Mapor
Tempat pertama yang dikunjungi adalah Kampung Adat Gebong Memarong yang terletak di Dusun Air Abik, Desa Gunung Muda Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka. Adapun kampung ini adalah kumpulan rumah-rumah adat yang disatukan menjadi satu komplek atau berupa replika kampung. Asih, ketua lembaga adat masyarakat Mapor menuturkan bahwa Mamarong atau rumah adat suku Mapor sesungguhnya sudah punah, oleh sebab itu masyarakat setempat berinisiatif melestarikan budaya tersebut agar tidak punah. Hal ini dilakukan agar generasi muda mengetahui nenek moyangnya. Kampung ini terdiri dari 7 (tujuh) bubung rumah berbentuk panggung beralaskan kayu ibul, beratap nipah dan berdinding kulit kayu. Empat mamarong untuk tempat menginap, satu mamarong untuk galeri, satu mamarong sebagai museum, satu balai adat.
Gambar 2. Duta Budaya SMAN 1 Pangkalpinang di teras “Memarong Bapak” yang dijadikan galeri
Pada mamarong bapak (galeri) terdapat berbagai macam karya masyarakat Mapor yang dijual sebagai kenang-kenangan seperti anyaman sauki, tikar, tas, dan lainnya. Para tamu dapat membeli produk-produk tersebut sebagai oleh-oleh bagi teman dan keluarga.
Gambar 3. Sauki (anyaman resam wadah sayur atau ikan yang akan dicuci)
Setelah puas mendapat informasi mengenai masyarakat Mapor, rombongan bergeser ke tujuan kedua yaitu Benteng Kuto Panji dan Klenteng Phak Kak Liang yang sebenarnya letaknya bersebelahan. Klenteng ini memiliki jembatan panjang yang dibangun di atas bekas galian timah dengan arsitektur khas negeri tirai bambu. Memiliki kolam yang besar berisi ikan air tawar yang konon tidak boleh dipancing apalagi dimakan. Kita dapat membeli pakan ikan yang dijual seorang bapak tua untuk memberi makan ikan-ikan yang ada di kolam.
Gambar 4. Klenteng Phak Kak Liang
Kurang lebih 500 m ke sebelah kiri klenteng dan melewati jejeran pohon pinus, terdapat reruntuhan Benteng Kuto Panji yang konon dulunya dibangun oleh seorang raja Tiongkok bersama keluarganya yang melarikan diri ke Indonesia akibat perang di negerinya. Benteng ini telah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya Indonesia. Saat ini benteng tersebut menyisakan fondasi dan beberapa dinding yang masih berdiri.
Gambar 5. Reruntuhan Benteng Kuto Panji
Setelah puas dengan klenteng Phak Kak Liang dan Benteng Kuto Panji, tiba saatnya rombongan menuju destinasi terakhir yaitu Masjid Apung Al-Khautsar. Berada di pinggir pantai Tanjung Putat, kelurahan Mantung, Kecamatan Belinyu kabupaten Bangka. Arsitekturnya berupa 5 kubah yang berwarna hijau dan putih dan berdiri di atas pondasi tiang yang tertanam di dasar air. Masjid ini akan nampak terapung jika air laut pasang, namun pada saat rombongan datang ke area tersebut air laut sedang surut, sehingga nampak jelas tiang-tiang penopang masjid. Guru dan siswa menyempatkan diri untuk melaksanakan sholat Zuhur di masjid fenomenal tersebut. Makan siang di gazebo-gazebo yang terletak di pinggir pantai terasa nikmat ditambah semilir angin membuai sukma. Beberapa bapak guru nampak mulai tertidur pulas menikmati aroma air laut.
Gambar 6. Masjid Apung Al-Kautsar
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB, pak Dede ketua rombongan memberi instruksi agar seluruh peserta segera bergegas pulang ke kota Pangkalpinang. Rombongan kembali ke Pangkalpinang tepat di saat hujan mengguyur deras. Ekspresi lelah namun puas tampak di wajah-wajah peserta rombongan. Almira, siswa kelas X-10 mengatakan sangat puas dengan perjalanan lawatan sejarah dan budaya ke Belinyu, selain bisa mengenal sejarah dan budaya daerah Bangka, dia juga menjadi tahu bahwa di Bangka ternyata ada situs-situs sejarah yang perlu dikunjungi. “Saya harap kegiatan ini terus berlanjut dan siswa-siswi SMAN 1 Pangkalpinang, sehingga mereka menjadi generasi muda yang tidak lupa akan sejarah nenek moyang dan budaya daerahnya, bahkan mampu melestarikannya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah dalam implentasi P-5 dan juga sesuai dengan program sekolah berbudaya Melayu Bangka-Belitung. Semoga program kurikulum tahun depan dapat berkunjung ke wilayah lain di pulau Bangka untuk melihat sejarah dan budayanya,” ujar bapak Efri Rantos Kepsek SMAN 1 Pangkalpinang menutup kegiatan lawatan Sejarah dan Budaya di Belinyu, Kabupaten Bangka.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Penyambutan Kepala Sekolah dari Yogyakarta bersama Duta Melayu SMANSA
Bersekolah di SMA Negeri SatuSekolah Yang Penuh Dengan PrestasinyaAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Burung merpati terbang ke hulu,Hinggap sebentar di dahan kelapa.Bujang dan
Yuk belajar memasak Makanan Khas Bangka Belitung
https://www.instagram.com/reel/DIFis7uzyAW/?igsh=d29laGxidHNiZG03
Duta Melayu Berkolaborasi dengan Perpustakaan Umum Provinsi dalam Menggali Informasi mengenai Budaya
https://www.instagram.com/p/DHcwvwfTYcp/?igsh=MWo3MmdobmVlNjlnaQ==
KEYAKINAN YANG DIANUT OLEH SUKU LOM DESA MAPUR, KECAMATAN BELINYU, KABUPATEN BANGKA
KEYAKINAN YANG DIANUT OLEH SUKU LOM DESA MAPUR, KECAMATAN BELINYU, KABUPATEN BANGKA Oleh: Rihadatul Fadiyah ABSTRAK Suku Lom adalah suku yang terdapat di desa Mapur, kec
Kearifan Lokal Dalam Sistem Warisan Kebudayaan Suku Lom
Disusun Oleh: Novia Mutiara ABSTRACT The cultural inheritance system of the Lom tribe in Bangka Belitung is very important for Indonesia's cultural diversity. The Lom tribe is part o
INTEGRATING SCHOOL MALAY CULTURE PLATFORM FOR STUDENTS’ WRITING LITERACY ACTIVITY
By Erni Yulianti & Desvita Erni Putri English Teacher of SMAN 1 Pangkalpinang, Bangka Belitung Student of SMAN 1 Pangkalpinang, Bangka Belitung Abstract: This study
PENGARUH SISTEM KEPERCAYAAN SUKU LOM TERHADAP PERSPEKTIF MASYARAKAT LUAR
PENGARUH SISTEM KEPERCAYAAN SUKU LOM TERHADAP PERSPEKTIF MASYARAKAT LUAR Oleh: Syafina Hanif Aamira X7 ABSTRACT Indonesia is essentially a multicultural coun
Melukis Keunikan Spiritual: Eksplorasi Sistem Kepercayaan Suku Lom
Melukis Keunikan Spiritual: Eksplorasi Sistem Kepercayaan Suku Lom Oleh: Desvita Erni Putri Abstrak Penelitian ini bertujuan merinci eksplorasi mendalam terhada